Sabtu, 24 Juli 2021

Disabilitas dan Orang dengan Kusta bisa dapat Akses Kesehatan yang Layak


Selama PPKM ini, mama Ani “Working From Home”, dan tetap aktif bermedia sosial  untuk menambah ilmu, dan tentunya diisi dengan kegiatan yang bermanfaat, salah satunya mengikuti webinar, nah beruntung sekali di tanggal 22 July kemarin, mama Ani berkesempatan mengikuti webinar online di Youtube di bidang kesehatan dengan tema yang sangat menarik tentunya : Akses Kesehatan Inklusif bagi Penyandang Disabilitas termasuk Orang dengan Kusta.


Narasumber


Bersama ka Inez Nirmala yang akan memandu keseruan hari ini di Ruang Publik KBR, mengatakan bahwa menurut data dari Bappenas di tahun 2018 ada sekitar  21,8 juta atau 8,26 % dari penduduk Indonesia adalah penyandang disabilitas yang mana mereka masih sangat kesulitan untuk mendapatkan fasilitas kesehatan yang layak, termasuk orang pernah atau sedang mengalami sakit kusta.


Padahal mereka juga sama dengan warga lainnya untuk pemenuhan hak nya di bidang kesehatan, dimana pemerintah wajib memberikan jaminan ketersediaan fasilitas pelayanan agar mereka dapat hidup mandiri dan produktif secara ekonomi dan sosial.


Mama Ani mau membagikan hasil webinar hari ini, bersama narasumber yang sangat kompeten dibidangnya, ogh iya peserta webinar ini ada juga penyandang disabilitas dan para penderita kusta, dan karena disiarkan di radio dan Youtube, bisa diakses oleh peserta umum seperti mama Ani.


Yuks kita masuk ke materi pertama, bersama Bapak Suwata (Dinas Kesehatan Kab. Subang) yang memaparkan materi webinar kali ini dengan sangat menarik dan mudah dimengerti.


Bapak Suwata (Dinas Kesehatan Kab. Subang) 


Menurut beliau di daerah Subang ini memang terdapat pasien yang menderita kusta yang sangat menular, menimbulkan permasalahan yg komplek dan bisa berakibat disabilitas ganda, secara sensorik serta motorik, dan mereka berhadapan dengan stigma masyarakat, pemahaman yang masih minim, juga berakibat  dampaknya  secara sosial dan ekonomi.


Hal ini juga tidak terlepas dari pemahaman dan pengetahuan yang kurang di masyarakat, sehingga para penderita kusta jadi terkucilkan dan juga deteksi dini masih kurang dari petugas kesehatan, hal ini juga ditandai masih banyaknya angka cacat tingkat dua sebanyak :

  • Tahun 2018 ada 7 kasus  (5 % dari keseluruhan kasus yang ditemukan),
  • Tahun 2019 ada 9  kasus (7,9% dari keseluruhan kasus yg ditemukan),
  • Tahun 2020 ada 12 kasus ( 11 % dari keselurah kasus yang ditemukan).
  • Artinya secara kumulatif dalam 3 tahun ada 28 orang yang mengalami disabilitas karena kusta, kalau angka disabilitas secara keseluruhannya di Kabupaten Subang 2019 ada 11.872 (data dari dinas sosial) .


Beliau juga mengatakan bahwa secara umum orang yang menderita penyakit kusta maupun penyandang disabitas akibat kusta menjadi permasalahan yang cukup memprihatikan dalam kelompok kategori temaginalkan dalam segala aspek seperti lapangan pekerjaan, pendidikan, kesehatan dll.


 
Untuk itu Kab. Subang melakukan kegiatan inklusif :

  • Advokasi Ke Pemerintah Daerah, dengan menginplementasikan Undang Undang No. 8 tahun 2016 bagi para penderita kusta dan penyandang disabilitas akibat kusta agar terpenuhi haknya.
  • Mengintegrasikan peran dari masing masing  Stake Holder, layanan kesehatan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan kelompok kelompok disabilitas di Kab. Subang
  • Mengintegrasikan forum SKPD, Satuan Perangkat Daerah Peduli Disabilitas.


Hal ini sangat membantu sekali  untuk mereka dan ada 4 prioritas  kegiatan yang bisa dilakukan:
  1. Level kontrol : mencegah/mengendalikan penularan, melakukan pengobatan pada orang yang kontak penderita kusta, advokasi dan edukasi ke masyarakat, dan juga  stigma di masyarakat .
  2. Pencegahan Kecatatan agar bisa ditangani secara dini dan tidak terlambat, mereka bisa mengobati lukanya dengan baik
  3. Pemberdayaan bagi yang menderita kusta dan disabilitas akibat kusta , dengan penambahan skill bagi mereka
  4. Pengurangan stikma dan diskriminasi, dengan melakukan komunikasi  ke masyarakat.


Ditengah pandemik juga tetap dilakukan integrasi dan kolaborasi untuk akses kesehatan yang inklusif  yaitu melalui program SKPD:

  • Memberikan edukasi perawatan diri dari kegiatan kelompok dan adanya  “home care”
  • Peningkatan dan pelatihan petugas kesehatan , diadakan “workshop” di puskesmas
  • Peningkatan peran serta masyarakat dan dikomunikasikan dengan baik
  • Pemenuhan logistik seperti  obat obatan ketika terjadi reaksi dll
  • Pemenuhan jaminan kesehatan bagi para pasiennya.

Pemaparan dilanjutkan oleh Bapak Ardiansyah (Aktivis Kusta/Ketua PerMaTa Bulukumba) Sulawesi Selatan, beliau mengatakan bahwa gambaran penyakit kusta ini sama dengan di daerah lainnya, stigma dimata masyarakat, diskriminasi dan penanganan yang terlambat sehingga angka penderita kusta masih banyak , dengan adanya PerMaTa Bulukumba di 2 tahun belakangan ini cukup membantu bagi para penderita Kusta.


Bapak Ardiansyah (Aktivis Kusta/Ketua PerMaTa Bulukumba) 



Dengan pemberian pemahaman ke masyarakat  dan para penderita kusta belum bisa mendapatkan pelayanan yang lebih baik, mereka harus ke Rumah Sakit rujukan khusus kusta, karena di Puskesmas setempat belum bisa menangani / memberikan dengan maksimal, hal ini sangat menjadi kendala apabila mereka mengalami reaksi.


PerMaTa Bulukumba ini adalah organisasi/wabah bagi para penderita kusta untuk melakukan kebijakan/penolakan bagi penderita kusta atau penyandang disabilitas akibat kusta, maupun juga mengedukasi kepada masyarakat, serta pendampingannya, , membantu membangkitkan kepercayaan diri juga.

 
Bapak Ardi juga memberikan pengetahuan kepada kita yang berdasarkan Undang Undang No. 8 tahun 2016 menyebutkan bahwa Penyandang Disabilitas Fisik adalah terganggunya aktivitas gerak, akibat amputasi, lumpuh layu, kaku, stroke, maupun akibat kusta dan untuk fasilitas kesehatan ada di dalam pasal 12 memberikan kesetaraan/persamaan untuk mendapatkan layanan kesehatan.

 

Peran serta PerMaTa Bulukumba di bidang kesehatan ini, memberikan advokasi untuk Rumah Sakit agar bisa memfasilitasi untuk para pasien, dimana para pasien penderita kusta agak berbeda dalam  penanganan dengan pasien lainnya, termasuk dalam merawat luka, serta waktu opname yang banyak dikeluhkan para penderita kusta, dimana hanya bisa beberapa hari saja di rumah sakit dengan BPJS, sedangkan mereka masih perlu perawatan, agar kebijakannya lebih baik lagi, ini hal hal yang sedang diajukan oleh PerMaTa Bulukumba.



Ditengah masa pandemi juga melakukan penyuluhan ke daerah pedalaman, agar bisa mengakses obatnya, dan ada juga yang terputus pengobatannya karena takut tertular Covid, agar bisa layanan kesehatan mendatangi ke rumah pasien.


 
Untuk ini diperlukan juga Pandangan layanan kesehatan di perkotaan, bisa melalui bantuan dari generasi muda / mahasiswa diberikan pemahaman agar generasi muda bisa membantu mengurangi stigma yang sudah beredar di masyarakat dan meningkatkan literasi yang kuat ke masyarakat terhadap para penderita kusta dan penyandang disabilitas akibat kusta.


 
Sebelum berakhir Pak Suwata juga mengatakan terkait yang bisa dilakukan ke masyarakat mengenai pemahaman tentang permasalahan terkait penyakit kusta ini :

  • Tetap optimis, kusta bisa diobati dan bisa sembuh
  • Hindari faktor pencetus terkait timbulnya reaksi tehadapat penyakit kusta
  • Lakukan Perawatan pada anggota tubuh, agar terhindar dari kecacatan
  • Segera datang ke layanan kesehatan, ketika ada tanda tanda reaksi agar bisa konsultasi dan berobat.
  • Bisa gunakan alat bantu/pelindung untuk mencegah kecacatan.


Dan ada prestasi gemilang bisa menjadi motivsi  yang diberikan oleh penderita kusta dan  mereka juga ada kader kader yang luar biasa, salah satunya Ermawati ( ex. penderita kusta ) yang bergabung di organisasi ini, membangkitkan semangat dan bisa aktif mengikuti kegiatan pelatihan di kabupaten Goa, bahkan menjadi guru ngaji di sekitar rumahnya, serta berkesempatan ke Filipina mengikuti Global Apple di tahun 2019 danini bisa dilihat oleh mayarakat di sekitar rumahnya, bahwa ada hikmah di balik sakit yang pernah dideritanya, menurut Pak Ardi sebelum berakhirnya webinar yang sangat menarik ini.


Walaupun belum terwujud secara keseluruhan, tapi kita tetap yakin optimis semua permasalahan ini bisa teratasi agar mempermudah bagi saudara saudara kita yang terkena kusta dan penyandang disabilitas akibat kusta agar bisa hidup layak dan diterima di masyarakat dengan lebih baik lagi. Aminnn



Kusta Bukan Kutukan dan Kusta Bisa Disembuhkan



Salam sehat selalu. 

Junior Musical Wonderland The Chocolate Factory 2023

  Saatnya anak-anak kembali ke sekolah, seperti biasa mama Ani dengan rutinitas sehari-hari membuat bekal dan mengantarkan anak-anak ke se...