Senin, 18 November 2019

𝐓𝐚𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐏𝐞𝐧𝐚𝐧𝐠𝐠𝐮𝐥𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐌𝐚𝐬𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐆𝐢𝐳𝐢 𝐀𝐧𝐚𝐤 𝐈𝐧𝐝𝐨𝐧𝐞𝐬𝐢𝐚

Hari ini mama Ani beruntung sekali diundang di talkshow nasional dengan tema : 

𝐃𝐞𝐦𝐨𝐤𝐫𝐚𝐭𝐢𝐬𝐚𝐬𝐢 & 𝐊𝐞𝐬𝐞𝐡𝐚𝐭𝐚𝐧 𝐌𝐚𝐬𝐲𝐚𝐫𝐚𝐤𝐚𝐭: 
𝐓𝐚𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐏𝐞𝐧𝐚𝐧𝐠𝐠𝐮𝐥𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐌𝐚𝐬𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐆𝐢𝐳𝐢 𝐀𝐧𝐚𝐤 
𝐈𝐧𝐝𝐨𝐧𝐞𝐬𝐢𝐚. 

Yang diselenggarakan oleh The Habibie Center sebagai rangkaian perayaan hari ulang tahun nya ke 20 bertempat di Hotel Le Meridien Jakarta.
Dengan menggelar diskusi lintas lembaga untuk membahas intervensi gizi spesifik yang tepat untuk menanggulangi masalah gizi khususnya akibat penyakit pada anak terutama penyakit-penyakit yang berkontribusi besar terhadap angka kejadian stunting, antara lain gagal tumbuh, gizi kurang dan gizi buruk.


Acara dibuka dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, kemudian dilanjutkan     kata sambutan dari  Prof. Dr. Sofian Effendi, MPIA ( Ketua Dewan Pengurus The Habibi Center). 
“Tugas kita adalah menjaga apakah anggaran kesehatan sebesar 5,2% dari APBN sebesar 220 Trilyun akan bisa menghasilkan kondisi kesehatan yang baik. Kebijakan publik perlu diintervensi dengan semangat demokratisasi, sehingga implementasi dalam bidang kesehatan sangat diperlukan,”


Dihadiri oleh Prof. Dr. dr. Damayanti R. Syarif, SpA. (K) Ketua Pokja Antropometri Kementerian Kesehatan dan Dokter Spesialis Anak Konsultan Nutrisi & Penyakit Metabolik, FKUI – RSCM dalam paparannya menjelaskan, “Untuk mencegah stunting, diperlukan pemantauan status gizi yang benar, tata laksana rujukan berjenjang hingga intervensi gizi. Selain permasalahan asupan nutrisi, kondisi penyakit tertentu dapat meningkatkan resiko stunting karena dapat mempengaruhi peningkatan kebutuhan nutrisi maupun kemampuan anak menyerap nutrisi yang dikonsumsi. Dalam kondisi seperti ini, anak membutuhkan intervensi gizi yang memang sudah terbukti dapat memberikan dampak signifikan terhadap pertumbuhan anak.” 
Kebiasaan masyarakat Indonesia yang selalu memberikan MPASI dengan protein nabati, perlu di rubah paradigma nya, protein hewani lah ( susu, daging, ikan, ayam, dll) yang mengandung asam amino lengkap termasuk lemak yang sangat penting untuk perkembangan otak anak anak terutama di 1000 hari kehidupan nya. 
Selain itu diperlukan stimulasi yang tepat, dan juga melakukan IMD ( Inisiasi Menyusui Dini), merupakan salah satu reflex bayi, dan semakin banyak sentuhan ibu, bayi akan merasa nyaman.
dr anak senior ini juga berhasil melakukan penelitian dengan intervensi gizi spesifik dalam pencegahan dan penanganan stunting di Desa Bayumundu, Kabupaten Pandeglang, termasuk edukasi pola makan berbasis protein hewani dan penggunaan PKMK dalam kondisi medis tertentu di bawah pengawasan dokter, yang telah berhasil menurunkan prevalensi stunting sebesar 8,4% selama 6 bulan. Prof. Damayanti mendorong pemerintah untuk segera melakukan implementasi kebijakan dan tidak harus terhambat oleh aturan aturan teknis yang seharusnya bisa segera dikeluarkan.



Kemudian acara dilanjutkan oleh Ibu Inti Mudjiati Kasubdit Penanggulangan Gizi Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyatakan, “Pertengahan tahun ini, Kementerian Kesehatan telah mensyahkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 29 Tahun 2019 tentang Penanggulangan Masalah Gizi pada Anak Akibat Penyakit. Permenkes ini mengatur mengenai Pangan Olahan untuk Kondisi Medis Khusus (PKMK) yang diprioritaskan untuk anak dengan resiko tinggi gagal tumbuh seperi gizi kurang, gizi buruk, prematur, alergi, hingga kelainan metabolik lainnya untuk mencegah stunting.
Ibu Inti juga menjelaskan tentang pentingnya pemberian kaplet penambah darah yang ditujukan untuk remaja putri, dimana anemia ini sangat berbahaya, program nya sudah dimulai sejak tahun 2018-2024.
Sama seperti pendapat Prof. Damayanti stunting dan kurang gizi ini bisa diatasi dengan pemberian protein hewani, tidak harus selalu ikan salmon, tetapi ikan kembung pun gizi nya sangat banyak.
Lebih baik memberikan protein hewani daripada biskuit bayi papar Prof. Damayanti.



Pentingnya asupan gizi yang baik di 1000 hari kehidupannya karena Stunting adalah kondisi yang bersifat irreversible, atau tidak dapat diperbaiki setelah anak mencapai usia dua tahun. Jika terdeteksi penurunan berat badan (weight faltering), anak harus segera ditangani secara medis agar dokter dapat mencari penyebab kondisi tersebut dan solusinya.
Sementara itu, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas yang diwakili oleh Deputi Menteri PPN/Kepala Bappenas Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan Subandi menuturkan, “Terdapat dua prioritas utama di bidang kesehatan yang sudah dituangkan dalam RPJMN 2020-2024, yaitu penurunan angka kematian ibu dan penurunan prevalensi stunting.
Targetnya adalah untuk menurunkan stunting hingga 19% pada tahun 2024 dan perlu diikuti dengan intervensi yang konvergen.
Jika tidak, potensi kerugian ekonomi setiap tahunnya akibat stunting adalah 2-3% dari GDP.

Topik acara semakin menarik dan dilanjutkan oleh Dr. Nihayatul Wafiroh, MA (Wakil Ketua Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia) memaparkan bahwa anggaran 26 Triliun telah digontorkan ke 7 kementerian, dengan menyepakati UU No 7  dimana 5% anggaran kesehatan dan 20% pendidikan.
Salah satu upaya untuk mendorong penekanan angka stunting serta kematian bayi dan ibu melahirkan dengan memperhatikan usia penikahan dari 16 tahun ke 19 tahun, agar seorang ibu sudah siap secara fisik maupun mental.

Tidak ketinggan pula Dr. drg. Widya Leksmanawati Habibie, M.M., Associate Fellow di The Habibie Center mengatakan bahwa tingginya angka stunting adalah cerminan ketidaksetaraan sosial dan hal ini berkaitan erat dengan demokratisasi.
Maka dari itu, The Habibie Center menyampaikan 7 rekomendasi terkait penanganan stunting yang terdiri dari:
1.Balita ditimbang dan diukur setap bulan di Posyandu, lengkapi dengan alat ukur sesuai WHO di Posyandu
2. Mengesahkan Revisi PMK ANTROPOMETRI ANAK, untuk deteksi tumbuh kembang balita
3. Perbaiki BUKU KIA untuk memperbaiki pola MPASI dengan protein hewani
4. Beri bantuan Protein hewani (termasuk susu ) untuk keluarga dan balita.
5. Latih dokter, bidan , ahli gizi, bidan, kader untuk mendeteksi stunting dan intervensinya.
6.Sediakan PMK (Pangan untuk Keperluan Medis Khusus) untuk kondisi yang menyebabkan stunting seperti : gizi buruk, gizi kurang, gagal tumbuh, alergi, premature dan kelainan metabolic
Naikkan anggaran intervensi gizi sepesifik dalam anggaran stunting bukan hanya 30% misal 50:50.




Para peserta yang hadir diberikan kesempatan untuk bertanya kepada para narasumber, kemudian acara di tutup dengan makan siang bersama.

Semoga masalah stunting dapat segera diatasi dan ini merupakan tanggung jawab kita semua demi meningkatkan kualitas dan mutu Sumber Daya Manusia sebagai generasi penerus bangsa yang Sehat dan Pintar.

Doc : sindonews.com

#HUTTHC20
#DemocratizationMustGoOn
#DemokratisasiTakBolehHenti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Junior Musical Wonderland The Chocolate Factory 2023

  Saatnya anak-anak kembali ke sekolah, seperti biasa mama Ani dengan rutinitas sehari-hari membuat bekal dan mengantarkan anak-anak ke se...